Popular Posts

Selasa, 23 Januari 2018

Tugas Sedimentologi



Tugas Sedimentologi
 

PEMANFAATAN REEF BALL DALAM PENANGANAN ABRASI PANTAI






Penulis:

Muhammad Firzatullah
Bondan Wahyu Kuncoro
Ersa Siswoyo
Melkyanus
Muhammad Fajar Wardhana

















Pembimbing:
Ira Puspita Dewi, S.Kel, M.Si






KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
BANJARBARU
2017


Pemanfaatan Reef Ball Dalam Penanganan Abrasi Pantai
Muhammad Firzatullah1), Ersa Siswoyo1), Bondan Wahyu Kuncoro1), Melkyanus1), Muhammad Fajar Wardhana1), Ira Puspita Dewi2)
1) mahasiswa 2) pembimbing
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru

Abstrak
Pantai Sebuai yang terletak di wilayah Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki struktur bangunan pantai berupa breakwater yang merupakan bangunan pantai dengan tipe lepas pantai yang dibangun sejajar pantai dengan jarak tertentu dari garis pantai untuk melindungi pantai yang diakibatkan serangan gelombang sehingga menimbulkan erosi. Pantai Sebuai memiliki karakteristik dasar penyusun pantai dominan berpasir dan secara geografis membujur dari arah barat laut-tenggara (dengan pantai menghadap barat daya) berhadapan langsung dengan Laut Jawa menyebabkan wilayah pesisir Desa Sebuai sangat rentan terhadap kestabilan pantainya (perubahan garis pantai). Perencanaan tingkat lanjut sangat diperlukan dalam masalah ini sehingga diharapkan penggunaan reef ball dapat memberikan inovasi untuk menindak lanjuti dampak abrasi di pantai Sebuai dan perencanaan pemecah gelombang reef ball untuk mengurangi dampak abrasi di pantai Sebuai. Metode penggunaan reef ball sebagai pengaman pantai adalah dengan melakukan survei lapangan topografi menggunakan GPS (Global Positioning System), GPS Mapsounder tipe 585, Palm staff/ tiang skala, kamera digital, senter dan batu duga digunakan sebagai memfasilitasi pengambilan data, menentukan posisi, menentukan kedalaman, mengukur pasang surut, mendokumentasikan kegiatan, mengamati pasang surut waktu malam hari dan mengecek kedalaman perairan serta menggunakan data sekunder yaitu data statistik, pasang surut, tinggi gelombang, peta bathimetri, arah arus dan arah angin. Penempatan posisi reef ball yaitu tegak lurus arah gelombang yang datang. Reef ball paling efektif dan aman, serta berkelanjutan untuk habitat baik ekosistem mangrove dan terumbu karang.
Kata Kunci: Gelombang, Garis pantai, Pemanfaatan Reef Ball


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Garis pantai dapat berubah karena adanya abrasi, yaitu pengikisan pantai oleh hantaman gelombang laut, kenaikan permukaan laut dan pergerakan arus yang menyebabkan berkurangnya areal daratan. Besarnya gelombang yang dapat merusak daerah pantai adalah bersumber dari gelombang yang datangnya dari perairan laut dalam dan tergantung pada besar/tingginya gelombang. Gelombang yang tiba di pantai tergantung pada arah/besarnya tiupan angin dan bentuk topografi perairan pantai. Rambatan gelombang yang menuju pantai dari laut dalam akan mengalami perubahan bentuk struktur gelombang, akibatnya akan terbentuk tinggi gelombang yang besar dan akhirnya menjadi pecah. Tinggi gelombang saat akan pecah tersebut bila terlalu dekat dengan pantai maka pantai yang tidak mempunyai perlindungan alami/buatan akan dengan mudah rusak. Pasang surut air laut memiliki pengaruh besar terhadap perubahan garis pantai yang memiliki ikatan dengan datangnya gelombang yang membuat transport sedimen suatu perairan.
Pantai Sebuai yang terletak di wilayah Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat terdapat struktur bangunan pantai berupa breakwater. Breakwater di pantai Sebuai merupakan bangunan pantai dengan tipe lepas pantai yang dibangun sejajar pantai dan pada jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan ini dibuat untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Selain pengaruh energi gelombang yang besar, frekuensi atau jumlah kejadian gelombang merupakan faktor lain yang dapat mengubah proses kestabilan pantai.
Pantai Sebuai memiliki karakteristik dasar penyusun pantai dominan berpasir. Selain itu secara geografis membujur dari arah barat laut-tenggara (dengan pantai menghadap barat daya) yang berhadapan langsung dengan Laut Jawa. Menurut Dwikarsa (2016), angin yang datang dominan dari arah Selatan, Barat dan Barat Daya menyebabkan terjadinya transformasi gelombang yang menyebabkan wilayah pesisir Desa Sebuai sangat rentan terhadap kestabilan pantainya (perubahan garis pantai).
Reef Ball adalah suatu bentuk artifisial terumbu karang buatan yang paling baik saat ini yang telah digunakan dibeberapa negara untuk meningkatkan rehabilitasi terumbu karang dan mencegah terjadinya abrasi pantai. Selain itu reef ball paling efektif, mudah dan aman serta berkelanjutan untuk habitat baik ekosistem mangrove dan terumbu karang. Di Florida, 180 unit reef ball yang ditempatkan pada kedalaman 2 - 3 m mampu bertahan dari hantaman badai sementara lingkungan sekitarnya rusak tapi reef ball tetap pada posisinya (Reef Ball Development in Warzecha 1997).
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang membentang dari (95°- 42°) Bujur Timur, dan 6° Lintang Utara sampai 10° Lintang Selatan.  Mempunyai sekitar 17.000 pulau besar dan kecil dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 80,791 km (Suharsono, 1998).
Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (PU), dari keseluruhan garis  pantai tersebut, sebanyak 20 persen mengalami kerusakan akibat berbagai masalah, diantaranya perubahan lingkungan dan erosi pantai.
Rumusan Masalah
Frekuensi dan transformasi gelombang dapat mempengaruhi kondisi pantai yang memiliki bangunan pantai (breakwater). Proses transformasi gelombang laut dalam ke perairan dangkal yang mengalami perubahan dari sifat dan  perilaku  gelombang  pada  pantai  normal  akan  berbeda  jika  terdapat breakwater di daerah pantainya. Kondisi tersebut secara langsung juga dapat merubah arah dan pergerakan sedimen akibat adanya penghalang terhadap proses angkutan sedimen di pantai.
Berdasarkan hal-hal diatas maka, disusun beberapa rumusan masalah dalam artikel ini adalah:
1.        Bagaimana menentukan posisi penempatan reef ball sebagai peredam energi gelombang?
2.        Bagaimana kelebihan reef ball dibandingkan bangunan pantai yang lain?
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui penentuan posisi penempatan reef ball yang tepat.
2.    Mengetahui kelebihan reef ball dibandingkan bangunan pantai yang lain.
Artikel ini berguna sebagai informasi berupa inovasi penempatan reef ball untuk meredam gelombang di dasar perairan, sebagai langkah penanganan abrasi pantai.
KAJIAN LITERATUR
Kajian Teori
Menurut Triatmodjo (2008) definisi pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut. Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pantai. Daerah lautan adalah daerah diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai pasang surut air laut dan erosi yang terjadi. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Menurut Triatmodjo (2008), salah satu faktor pembangkit gelombang dilaut adalah Gelombang laut yang disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya keperairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi gelombang. Gelombang yang paling umum dikaji dalam bidang teknik pantai adalah gelombang yang dibangkitkan oleh angin dan pasang surut (Triatmodjo, 2008).
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda- benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap masa sir laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil di bandingkan massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari pada pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari.
Pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan dari gangguan gelombang. Pemecah gelombang dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama digunakan untuk perlindungan perairan pelabuhan sedang tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi/abrasi. (Triatmodjo, 1999). Pemecah gelombang lepas pantai bisa dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah. Di Indonesia, penggunaan pemecah gelombang sebagai pelindung pantai jarang digunakan.
Reef ball dirancang untuk berada pada satu posisi pada dasar perairan. Bentuk kubah dari reef ball yang menjadi kunci kestabilannya. Ukuran berat dari reef ball dapat disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan dimana ditempatkan. Konstruksi ini telah terbukti cukup stabil pada cuaca yang buruk. Di Florida dilaporkan bahwa 180 unit reef ball yang ditempatkan pada kedalaman 2 - 3 m mampu bertahan dari hantaman badai sementara lingkungan sekitarnya rusak tapi reef ball tetap pada posisinya (Reef Ball Development in Warzecha 1997).
CERC (1984), disebutkan bahwa faktor penyebab berkurangnya energi gelombang transmisi dipengaruhi oleh karakteristik gelombang (seperti periode gelombang, tinggi gelombang, dan kedalaman gelombang), bentuk geometri struktur (lebar puncak dan freebord) dan kondisi /jenis bangunan penahan gelombang (permukaan struktur, dan jumlah massa air yang melewati). Selain itu bentuk silinder yang mempunyai rongga-rongga dan lubang pada selimut silinder menyebabkan material bersifat porous. Sifat material yang porous akan meredam energi gelombang dengan lebih baik, sehingga dalam penelitian ini bentuk model yang digunakan adalah bentuk silinder berongga dengan pertimbangan keunggulan yang dimiliki silinder berkenaan dengan kemampuan yang dimiliki dalam meredam energi gelombang.
Menurut Harris (2001), meneliti manfaat reef ball terbenam berfungsi untuk melindungi pantai yang tererosi, menciptakan stabilitas pantai garis pantai, sebagai perlindungan karang alami, perlindungan terhadap kawasan wisata, dan sebagai pebagai penghalang jaring ikan dari kapal-kapal yang dapat merusak karang
METODE
Dwikarsa (2016) melakukan penelitian dimulai dengan pengukuran tinggi muka air selama 15 hari guna mengetahui tipe pasang surut di wilayah pantai Sebuai, lalu pengukuran kedalaman dilakukan dengan menggunakan GPSMapsounder 858. Pengumpulan data arah dan kecepatan angin dari tahun 2009 – 2015 yang didapat dari Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun untuk prediksi gelombang (H0, T0 dan L0) untuk input data guna mengetahui transformasi gelombang dari laut lepas menuju pantai mengguakan RCPWave. Serta menganalisis perubahan garis pantai menggunakan citra Quickbird.
Adapun hasil yang diperoleh dari pengukuran yang dilakukan bahwa kondisi hidrooseanografi di wilayah pantai Sebuai merupakan tipe pasang surut campuran condong harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal tides) dengan MSL sebesar 98,97 cm. Pantai Sebuai merupakan pantai dengan kategori landai/ hampir rata (0,003096) dengan maksimal kedalaman 3,6 m pada jarak 2 km tegak lurus pantai. Angin dominan dari arah Selatan, Barat dan Barat Daya.
Perubahan garis pantai berdasarkan analisis citra tahun 2009 dan 2015 mengalami abrasi dengan total luas  37.233,96 m2 dan sedimentasi dengan luas 15.660,36 m2. Abrasi terutama terjadi pada bagian pantai sebelah barat laut di bagian belakang breakwater, sedangkan sedimentasi terutama terjadi di bagian tenggara akibat groin yang menahan laju sedimen.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Dwikarsa (2016), menunjukan bahwa angin yang terjadi di wilayah pantai sebuai adalah sebagai berikut:

Gambar 1.  Mawar Angin maksimum selama tahun 2009 2015 di daerah Kotawaringin Barat dan sekitarnya
Berdasarkan data angin (Gambar 1) tersebut maka terjadi pola transformasi gelombang di pantai Sebuai dominan berasal dari Selatan, Barat dan Barat Daya. Hal ini mengakibatkan perubahan garis pantai yang dipengaruhi oleh gelombang yang berasal dari arah tersebut, sehingga ditentukan posisi penempatan reef ball mengacu pada:
1.  Arah datang gelombang
Gelombang yang dominan datang dari arah Selatan, Barat dan Barat Daya dimana penempatan posisi reef ball yaitu tegak lurus arah gelombang yang datang seperti terlihat pada Gambar 2.
2.  Bentuk garis pantai
Pantai Sebuai memiliki garis pantai yang lurus atau tidak melengkung dan menghadap langsung Laut Jawa sehingga daerah pantai tersebut lebih terbuka terhadap hempasan gelombang yang datang.


Gambar 2. Bentuk bangunan reef ball yang efektif terhadap pengamanan pantai (sumber : reefball@reefball.com).
3.  Bangunan pantai
         Breakwater dan Groin yang sudah ada dapat mempengaruhi penempatan posisi reef ball tersebut. Bangunan pantai yang sudah dibangun terbukti kurang efektif menurut hasil penelitian Dwikarsa (2016) karena celah antar breakwater terlalu lebar seperti pada Gambar 3
Gambar 3. Kenampakan jarak antara pemecah gelombang lepas pantai dari citra Quickbird
Sumber: citra Quickbird

KESIMPULAN
Berdasarkan kajian literatur, dapat disimpukan bahwa:
1.    Penempatan posisi reef ball yaitu tegak lurus arah gelombang yang datang
2.    Kelebihan dari reef ball adalah sebagai peredam energi gelombang tanpa mengurangi nilai estetika pantai serta dapat digunakan sebagai media transplantasi karang dan penanaman mangrove yang dapat menjadi ekosistem bagi biota laut.


DAFTAR PUSTAKA

CERC. 1984. Shore Protection Manual, Department of The Army Waterway Experiment Station, Corp of Engineering Research Centre, Fourth Edition, US Government Printing Office. Washington.

Dwikarsa, Y. 2016. Pola Transformasi Gelombang Dan Hubungannya Terhadap Perubahan Garis Pantai Desa Sebuai Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah. Skripsi. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Harris, L.E. dan Marsha, P.W. (2001) Artificial Reefs for Submerged and Subaerial Habitat Protection and Mitigation Restoration, Department of Marine & Environmental System, Florida Institute of Technology, Melbourne

Suharsono, 1998. Condition of Coral Reef Resources in Indonesia. Jurnal Pesisir dan Lautan. PKSPL- IPB. Vol. 1. No.2. Hal. 44-52.

Triatmodjo B., 2008. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.
                      , 2009. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta.

Warzecha C. 1997. A new technology for artificial reef construction in coastal ecosystem. Restoration and Reclamation Review. Spring Student Journal Minnesota 2 (3)