Popular Posts

Kamis, 28 September 2017

AKUSTIK KELAUTAN

MUHAMMAD FIRZATULLAH

G1F115024

AKUSTIK KELAUTAN

  •  Pengertian Akustik

Akustik adalah sebuah bidang yang cakupan bahasannya tentang gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium. Akustik kelautan adalah teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambantannya dalam suatu medium air laut. Akustik kelautan merupakan satu bidang kelautan yang untuk mendeteksi target di kolom perairan dan dasar perairan dengan menggunakan suara sebagai mediannya.
Teknologi akustik merupakan salah satu metode yang sangat efektif dan berguna untuk eksplorasi dasar laut. Pengambilan data dasar perairan seringkali memiliki kendala, misalnya dengan metode grab, yang hanya dapat digunakan pada wilayah kedalaman yang terbatas dengan waktu yang tidak singkat. Dengan menggunakan metode hidroakustik, pengambilan data atau informasi tentang dasar perairan menjadi lebih mudah. Dengan metode ini kita dapat mengetahui tipe dasar dari suatu perairan dengan menggunakan nilai Backscattering volume dasar perairan/substrat.

  • Sejarah Akustik Kelautan

Aristoteles (384-322 SM) adalah orang pertama yang tercatat menyatakan bahwa suara bisa terdengar dalam air seperti di udara. Setelah 2000 tahun kemudian sekitar tahun 1490 yang bersumber dari catatan harian Leonardo da vinci yang menuliskan: “Dengan menempatkan ujung pipa yang panjang di dalam laut dan ujung lainnya di telinga anda, dapat mendengarkan kapal-kapal laut dari kejauhan”. Ini mengindikasikan bahwa suara dapat berpropagasi di dalam air. Ini yang disebutkan dengan Sonar Pasif (Passive Sonar) karena kita hanya mendengar suara yang ada.

Gambar : Contoh Sonar Pasif
Sumber : www.google.com

Pada abad ke 19, Jacques and Pierre Currie menemukan piezoelectricity, sejenis kristal yang dapat membangkitkan arus listrik jika kristal tersebut ditekan, atau jika sebaliknya jika kristal tersebut dialiri arus listrik maka kristal akan mengalami tekanan yang akan menimbulkan perubahan tekanan di permukaan kristal yang bersentuhan dengan air. Selanjutnya signal suara akan berpropagansi didalam air yang selanjutnya disebut dengan Sonar Aktif (Active Sonar).

Gambar : Contoh Sonar Aktif
Sumber : www.google.com

Perkembangan akustik lebih lanjut dapat dilihat pada PD I khususnya digunakan untuk pendeteksian kapal-kapal selam yang ada dibawah laut. Pendeteksian ini menggunakan 12 hydrophone (setara dengan microphone untuk penggunaan di darat) yang diletakan memanjang di bawah kapal laut untuk mendengarkan sinyal suara yang berasal dari kapal selam.
Perkembangan akustik kelautan makin pesat ketika perang dunia di mulai. Penggunaan torpedo yang menggunakan sinyal akustik untuk mencari kapal musuh adalah penemuan yang hebat pada jaman itu. Pada saat itu ilmu tentang akustik hanya di fokuskan untuk keperluan-keperluan militer.
Pada akhir PD II barulah pengetahuan tentang akustik lebih berkembang atau makin meluas. Bukan hanya untuk keperluan militer saja tapi juga untuk keperluan non – militer diantaranya: mempelajari proses perambatan suara didalam medium air, penelitian sifat-sifat akustik dari air dan benda-benda bawah air, pengamatan benda-benda dari echo yang mereka hasilkan, pendeteksian sumber-sumber suara bawah air, komunikasi dan penetapan posisi dengan alat akustik bawah air.

  • Perkembangan Akustik Kelautan Saat ini Terutama di Indonesia

Perkembangan akustik kelautan di Indonesia makin intensif pada dekade tahun 70an. Pada dekade ini, ilmu tentang akustik diterapkan dalam pendeteksian dan pendugaan stok ikan, yakni dengan dikembangkannya analog echo-integrator dan echo counter. Perkembangan ilmu tentang akustik ini dapat di lihat di negara Inggris dan di beberapa negara lain seperti Norwegia, Amerika, Jepang, Jerman dan sebagainya.
Perkembangan selajutnya adalah diketemukannya digital echo integrator dual beam acoustic system, split beam acoustic system, quasy ideal beam system dan aneka echo processor canggih lainnya, barulah ketelitian dan ketepatan pendugaan stok ikan dapat ditingkatkan sehingga akhir-akhir ini peralatan akustik menjadi peralatan standar dalam pendugaan stok ikan dan manajemen sumberdaya perikanan.

Gambar : Fish Finder
Sumber : www.google.com

Pada saat sekarang ilmu akustik di manfaatkan untuk aplikasi dalam survei kelautan, budidaya perairan, penelitian tingkah laku ikan, aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat tangkap bioakustik. Aplikasi dalam survei kelautan, dengan akustik kita dapat menduga spesies ikan yang ada di daerah tertentu dengan menggunakan pantulan dari suara, semua spesies mempunyi target strengh yang berbeda-beda. Aplikasi dalam dunia budidaya untuk pendugaan jumlah ekor, biomass dari ikan dalam jaring/kurungan pembesaran untuk menduga ukuran dari individu ikan dalam jaring kurungan, memantau tingkah laku ikan dengan acoustic tagging.
Aplikasi akustik dalam tingkah laku ikan meliputi pergerakkan migrasi ikan dengan acoustic tagging, orientasi target (tilt angle), reaksi menghindar terhadap gerak kapal survei dan alat tangkap, respon terhadap rangsangan/stimuli cahaya, suara, listrik, hidrodinamika, komia, mekanik dan sebagainya. Aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat tangkap ikan meliputi pembukaan mulut trawl dan kedalaman, selektivitas penagkapan dengan melihat ukuran ikan target.

Gambar : Echosounder
Sumber : www.google.com

  • Keunggulan Metode Akustik

1.      Berkecepatan tinggi (great speed), “quick assessment method” bila dibandingkan dengan metode konvensional yaitu pengukuran manual

2.      Estimasi stok ikan secara langsung (direct estimation) tanpa analisis parameter lingkungan

3.      Memungkinkan memperoleh dan memproses data secara real time

4.      Akurasi dan ketepatan tinggi (accuracy and precision)

5.      Tidak berbahaya atau merusak karena tidak menyentuh objek

6.      Bisa digunakan jika metode lain tidak bisa / tidak mungkin dilakukan.


  • Penerapan Teknologi Akustik Bawah Air untuk Eksplorasi dan Eksploitasi Sumberdaya Non-Hayati Laut
1.      Pengukuran kedalaman dasar laut (Bathymetry)

2.      Pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dasar laut (Subbottom Profilers)

3.      Pemetaan dasar laut (Sea bed Mapping)

4.      Pemetaan habitat dasar laut (Habitat Mapping)

5.      Pencarian kapal-kapal karam di dasar laut

6.      Penentuan jalur pipa dan kabel di bawah dasar laut

7.      Analisa dampak lingkungan di dasar laut


Gambar : Pemasangan Pipa bawah Laut
Sumber : www.google.com

  • Aplikasi Metode Akustik untuk Bidang Perikanan

1.      Pendugaan stok ikan
2.      Mempelajari tingkah laku ikan
3.      Pemetaan vegetasi bawah air, khususnya perairan dangkal
4.      Mempelajari migrasi ikan, plankton atau biota lainnya
5.      Studi keterkaitan habitat dan biota




Sumber :

Buku Panduan Praktikum Akustik Kelautan, 2015, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

Clay. C.S and Medwin. H.  1997.  Acoustical Oceanography.  Principles and Applications.  A Wiley Interscifnce Publication.

Coates, R. W., “Underwater Acoustics Systems”, Macmillan Education Ltd. Houndmills, Basingstoke, Hampishire RG 21 2XS. London.

Discovery of Sound in the Sea.webmaster@omp.gso.uri.eduMitson, B., “Fisheries Sonar”, Fishing News Book Ltd. I Long Garden Walk, Farnham, Surry, England.

Robert J. Urick, “Principles of Underwater Sound”, McGraw-Hill Book Company. USA. Peninsula Publishing, California, 1975.

 


Minggu, 24 September 2017

LAPORAN KLIMATOLOGI DATA ANGIN KELAUTAN



ANALISIS SEBARAN ANGIN TELUK TAMIANG MENGGUNAKAN SOFTWARE WRPLOT VIEW VERSI 8.00 DAN GOOGLE EARTH
SAMPUL
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
KLIMATOLOGI LAUT



MUHAMMAD FIRZATULLAH



PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya jualah praktikan dapat menyelesaikan laporan Klimatologi Laut ini.
            Praktikan mengucapkan terima kasih kepada para Dosen dan asisten Klimatologi Laut yang telah memberi petunjuk, arahan dan bimbingannya dalam pelaksanaan praktikum. Terima kasih juga praktikan ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian praktikum ini.
            Praktikan menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan laporan ini, oleh karena itu praktikan mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan berikutnya.
Praktikan berharap, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.


   Banjarbaru,    Desember 2016


          Muhammad Firzatullah


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi angin merupakan salah satu sumber energi terbarukan dan masih sedikit pemanfaatannya di Indonesia. Pemanfaatan energi angin sebagai sumber energi terbarukan adalah suatu usaha menjawab masalah atas terjadinya perubahan lingkungan dan alam juga salah satu usaha konservasi dari sumber energi konvensional.
Angin mengakibatkan gelombang laut, oleh karena itu data angin dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi kajian. Data angin diperlukan sebagai data masukan dalam peramalan gelombang sehingga diperoleh tinggi gelombang rencana. Data angin yang diperlukan adalah data angin setiap jam berikut informasi mengenai arahnya. Arah angin dinyatakan dalam bentuk delapan penjuru arah angin (Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Barat Laut). Kecepatan angin disajikan dalam bentuk satuan knot, dimana:
1 knot =  1 mil laut/jam
1 mil laut  =  6080 kaki (feet)    =   1853,18 meter
1 knot =  0.515 meter/detik
Data angin yang digunakan untuk melakukan peramalan gelombang (hindcasting) di lokasi proyek adalah data angin selama 14 tahun antara 1991-2004 dari stasiun pengamat cuaca Makassar.
Angin selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke yang tekanan udara lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah.
WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk mempresentasikan data kecepatan angin dalam bentuk  mawar angin  sebagai data meteorologi. WRPLOT memberikan  gambaran  kejadian  angin  pada  kecepatan tertentu dari berbagai arah, persentase kecepatan angin, kecepatan angin minimum dan  maksimum. Mawar  angin  menampilkan  distribusi  kecepatan  angin  dalam satuan  (knots)  dan  (m/s).  Distribusi tersebut di tandai  dengan pengaturan warna yang berbeda di setiap kecepatan angin pada lokasi dan jangka waktu tertentu. Akibat cepatnya gerakan menuruni lereng, angin menjadi pasang sehingga angin fohn memiliki sifat menurun, kering, dan panas.
1.2. Maksud dan Tujuan
            Mengetahui kecepatan dan arah angin dengan menggunakan alat pengukur kecepatan angin yaitu wind detector serta melakukan analisis sebaran angin Teluk Tamiang menggunakan software WRPLOT View versi 8.00 dan Google Earth.
1.3. Ruang Lingkup
            Ruang lingkup adalah Batasan. Ruang lingkup juga dapat dikemukakan pada bagian variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian.
1.3.1. Ruang Lingkup Lokasi
            Patokan ruang lingkup lokasi pada praktikum ini adalah pamasangan wind detector pada dermaga di Desa Teluk Tamiang Kecamatan Tanjung Selayar Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan.
1.3.2. Ruang Lingkup Materi
            Ruang lingkup materi pada praktikum kali ini adalah cara analisis data yang didapat dilapangan dengan menggunakan software WRPLOT View versi 8.00 dan Google Earth.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Klimatologi
            Klimatologi (berasal dari bahasa Yunani Kuno κλίμα, klima, "tempat, wilayah, zona"; dan -λογία, -logia "ilmu") adalah studi mengenai iklim, secara ilmiah didefinisikan sebagai kondisi cuaca yang dirata-ratakan selama periode waktu yang panjang.[1] Bidang studi ini dikategorikan sebagai cabang dari sains atmosfer dan subbidang geografi fisik, yang merupakan salah satu dari sains bumi. Klimatologi juga mencakup aspek oseanografi dan biogeokimia. Pengetahuan dasar dari iklim bisa digunakan dalam peramalan cuaca menggunakan metode analogi dalam kasus ENSO, Osilasi Madden-Julian, Osilasi Atlantik Utara, dan sebagainya. Model iklim juga digunakan untuk mempelajari dinamika cuaca dan sistem iklim untuk memproyeksikan iklim pada masa depan.
            Klimatologi seperti halnya meteorologi, yaitu ilmu tentang atmosfer. Perbedaanya terletak pada fokus kajiannya. Meteorologi lebih menitikberatkan pada proses atmosfer, sedangkan klimatologi lebih memusatkan pada hasil proses atmosfer (Tjasjono, 1999).
Pengertian meteorologi dan klimatologi secara gamblang dijelaskan oleh Tjasjono (1999) sebagai berikut: meteorologi merupakan ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala cuaca yang terjadi di dalam atmosfer terutama pada lapisan bawah, yaitu troposfer.  Adapun klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari jenis iklim di muka bumi dan faktor penyebabnya.
2.2. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim
            Adapun unsur-unsur cuaca dan iklim adalah sebagai berikut.
1. Radiasi Surya
Radiasi matahari yang diterima permukaan bumi persatuan luas dan satuan waktu disebut isolasi atau kadang-kadang disebut radiasi global, yaitu radiasi langsung dari matahari dan radiasi yang tidak langsung yang disebabkan oleh hamburan dari partikel atmosfer (Bayong Tjasyono, 2004).
Radiasi surya merupakan unsur iklim/cuaca utama yang akan mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi surya antar tempat di permukaan bumi akan menciptakan pola angin yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kondisi curah hujan, suhu udara, kelembaban nisbi udara, dan lain-lain. Pengendali iklim suatu wilayah akan sangat berbeda dari pengendali iklim di bumi secara menyeluruh.Pengendali iklim bumi yang dikenal sebagai komponen iklim terdiri dari lingkungan atmosfer, hidrosfer, litester, kriosfer, dan biosfer. Dalam hal ini akan terjadi hubungan interaksi dua arah di antara ke lima jenis lingkungan tersebut dengan unsur iklim/cuaca. Kondisi iklim/cuaca akan mempengaruhi proses-proses fisika, kimia, biologi, ekofisiologi, dan kesesuaian ekologi dari komponen lingkungan yang ada (LIPI,2008)
2. Tekanan Udara
Atmosfer adalah lapisan yang melindungi bumi. Lapisan ini meluas hingga 1000 km ke atas bumi dan memiliki massa 4.5 x 1018 kg. Massa atmosfir yang menekan permukaan inilah yang disebut dengan tekanan atmosferik. Tekanan atmosferik di permukaan laut adalah 76 cmHg (Anonim1, 2010).
3. Suhu
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata – rata dari pergerakan molekul-molekul.  Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda- benda lain atau menerima panas dari benda-benda lain tersebut. Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi.Alat pengukur suhu disebut termometer.Termometer dibuat dengan mendasarkan sifat-sifat fisik dari suatu zat (bahan), misalnya pengembangan benda padat, benda cair, gas dan juga sifat merubahnya tahanan listrik terhadap suhu. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu – suhu yang tinggi disebut Pyrometer, misalnya Pyrometer radiasi, digunakan untuk mengukur suhu benda yang panas dan tidak perlu menempelkan alat tersebut pada benda yang diukur suhunya. Suhu tidak berdimensi sehingga untuk mengukur derajat suhu, pertama-tama ditentukan 2 titik tertentu yang disesuaikan dengan suatu sifat fisik suatu benda tertentu.Kemudian diantara dua buah titik yang telah di tentukan tersebut di bagi – bagi dalam skala – skala, yang menunjukan derajat – derajat suhu. Skala-skala tersebut merupakan pembagian suhu dan bukan satuan daripada suhu. Dengan demikian suhu 30°C tidak berarti 3 x 10°C, dan 10°C berarti skala derajat C ke sepuluh (Stasiun Metereologi, 2005).
4. Kelembaban Udara
Kelembaban udara yaitu banyaknya kadar uap air yang ada di udara, dalam kelembaban kita mengenal beberapa istilah yaitu:
·         Kelembaban mutlak : massa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang dinyatakan dalam gram/m3.
·         Kelembaban spesifik : perbandingan jumlah uap air di udara denagn satuan massa udara yang dinyatakan dalam gram /kg
·         Kelembaban relatif : merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakan dalam % (Gunarsih, 2001).
5. Curah Hujan
Hujan merupakan susunan kimia yang cukup kompleks serta bervariasi dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari musim ke musim pada tempat yang sama dan dari waktu hujan berbeda. Air hujan terdiri atas: ion-ion natrium, kalium, kalsium, khlor, karbonat dan sulfat yang merupakan jumlah yang besar bersama-sama (Soekardi, 1986).
6. Angin
Angin merupakan udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara (tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi (Soemarto, 1987).
7. Evaporasi
Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap. Uap ini kemudian bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke udara (Sosrodarsono, 1999). Sedangkan Menurut Lee (1988), evaporasi merupakan proses perubahan cairan menjadi uap, ini terjadi jika cairan berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal, pada daun tanaman (transpirasi) maupun secara eksternal, pada permukaan yang basah. Evaporasi adalah perubahan air menjadi uap air. Yang merupakan suatu proses yang berlangsung hampir tanpa gangguan selama berjam-jam pada siang hari dan sering juga selama malam hari. Air akan menguap dari permukaan baik tanah gundul maupun tanah yang ditumbuhi tanaman, dan juga dari pepohonan permukaan kedap air atap dan jalan raya air, air terbuka dan sungai yang mengalir (Wilson, 1993).
8. Awan
Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara: 1. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya. 2. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi uap air. Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan ini (Doorenbos dkk, 1977)
2.3. Kelembapan Udara dan Curah Hujan           
            Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara merupakan tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat di lihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang melayang-layang di udara. Kabut melayang laying dekat permukaan tanah, kalau awan melayang- layang di angkasa. Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975).
Hujan adalah kebasahan yang jatuh ke bumi dalam bentuk cair. Butir-butir hujan mempunyai garis tengah 0,08 – 6 mm. Hujan terdapat dalam beberapa macam yaitu hujan halus, hujan rintik-rintik dan hujan lebat. Perbedaan terutama pada besarnya butir-butir. Hujan lebat biasanya turun sebentar saja jatuh dari awan cumulonimbus. Hujan semacam ini dapat amat kuat dengan intensitas yang besar (Karim,1985).
Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada daerah yang masih alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas. Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe observatorium (obs) atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter dari permukaan tanah (jumin, 2002)
2.4. Angin
            Massa udara yang bergerak disebut angin. Angin dapat bergerak secara horizontal maupun secara vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi secara dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Angin selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke yang tekanan udara lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah. Akan tetapi, perputaran bumi pada sumbunya, akan menimbulkan gaya yang akan mempengaruhi arah pergerakan angin. Pengaruh perputaran bumi terhadap arah angin disebut pengaruh Coriolis  (Lakitan,2002).Variasi arah dan kecepatan angin dapat terjadi jika angin bergeser dengan permukaan yang licin (smooth), variasi yang diakibatkan oleh kekasaran permukan disebut turbulensi mekanis. Turbulensi daat pula terjadi pada saat udara panas pada permukaan bergerak ke atas secara vertikal, kaena adanya resistensi dari lapisan udara di atasnya. Turbulensi yang disebabkan perbedaan suhu lapisan atmosfer ini disebut turbulensi termal atau kadang disebut turbulensi konfektif. Fluktuasi kecepatan angin akibat turbulensi mekanis umumnya lebih kecil tetapi frekuensinya lebih tinggi (lebih cepat) dibandingkan dengan fluktuasi akibat turbulensi termal  (Karim,1985).
 

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi
Praktik lapang Klimatologi Laut ini dilaksanakan selama 3 hari pada tanggal 27 November - 1 Desember 2016 di Desa Teluk Tamiang Kecamatan Tanjung Selayar Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
      3.2.1. Alat
         Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.      Wind Detector
2.      Laptop
3.      Software WRPLOT View Versi 8.00
4.      Google Earth
3.2.2. Bahan
            Bahan yang diperlukan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.      Data angin hasil pengamatan di lapangan
3.3. Metode Pengambilan Data
3.3.1. Bagan Alir Pengolahan Data


3.3.2. Metode Penentuan Plot
Penentuan plot dipengaruhi oleh keadaan linkungan karena data yang akan di analisis adalah data rekaman angin, maka titik penentuan plot yang dipilih tempat yang dapat mewakili semua arah angin, tidak ada penghalang angin untuk mengenai wind detector seperti pohon, bangunan dan lain sebagainya.

3.3.3. Pengukuran dan Pengambilan Data Angin
            Pengukuran pada praktikum kali ini melalui sebuah alat yaitu wind detector dan hand anemometer. Pencatatan data angin dilakukan setiap 60 menit. selama 3 hari.
3.4. Metode Analisis
            Metode yang digunakan selama praktikum lapang adalah metode pengamatan langsung (observasi). Untuk melihat dan mendeskripsikan sebaran angin data dianalisis menggunakan software WRPLOT View Versi 8.00.
Rumus menghitung kecepatan angin dan arah angin :


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Desa Teluk Tamiang
            4.1.1. Kondisi Geografi
            Desa Teluk Tamiang merupakan desa di Kecamatan Tanjung Selayar Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan. Berjarak 90 Km dari kabupaten kotabaru. Desa ini berada di selatan Pulau Laut Kotabaru berbatasan langsung dengan laut jawa di selatannya dan selat Makassar di timurnya. Desa ini mempunyai garis pantai sepanjang 14 km.
            4.1.2. Kondisi Cuaca/Curah Hujan
            Cuaca pada saat praktikum lapang kurang baik, pada pagi hari lautnya teduh dan siang sampai malam cuaca berangin disertai dengan hujan. Cuaca yang terbilang paling buruk adalah pada saat hari terakhir karena angin barat mulai bertiup kearah pantai sehingga kenaikan tinggi gelombang yang signifikan.
            4.1.3. Kondisi Iklim
            Desa Teluk Tamiang beriklim tropis yaitu dalam setahun terdapat dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada saat praktikum lapang kondisi iklim berada pada musim hujan dan memasuki musim angin barat. Musim angin barat yaitu musim angina yang bertiup dari barat ke timur dan itu yang menyebabkan kenaikan tinggi gelombang.

4.2 Hasil Pengukuran Angin di Lapangan
Tabel 1. Data Pengukuran Angin di Desa Teluk Tamiang koordinat samakan dengan WRPLOT
No
Tahun
Bulan
Tanggal
Jam
Arah
(o)
Kecepatan
(m/s)
1
2016
11
28
15:00
240
5
2
2016
11
28
16:00
40
3
3
2016
11
28
17:00
90
1
4
2016
11
28
18:00
80
0
5
2016
11
28
19:00
150
1
6
2016
11
28
20:00
70
0
7
2016
11
28
21:00
30
0
8
2016
11
28
22:00
50
1
9
2016
11
28
23:00
60
2
10
2016
11
28
0:00
70
0
11
2016
11
29
1:00
340
6
12
2016
11
29
6:00
110
1
13
2016
11
29
7:00
110
3
14
2016
11
29
8:00
20
2
15
2016
11
29
9:00
10
8
16
2016
11
29
10:00
350
3
17
2016
11
29
11:00
10
0
18
2016
11
29
12:00
0
2
19
2016
11
29
13:00
310
3
20
2016
11
29
16:00
290
4
21
2016
11
29
17:00
270
7
22
2016
11
29
18:00
270
5
23
2016
11
29
19:00
290
5
24
2016
11
29
20:00
270
3
(Sumber : Data Primer 2016)

Berdasakan tabel 1 kecepatan angin tertinggi diperoleh pada tanggal 29 November 2016 pukul 1 dini hari dengan arah 340o yaitu 6 m/s. Kemudian kecepatan terendah diukur pada tanggal 28 November 2016 pukul 18:00,20:00 dan 21:00 dengan arah 80o,70o dan 30o yaitu 0 m/s. Serta pada tanggal 29 November 2016 pukul 0:00 dan 11:00 dengan arah angin 70o dan 10o yaitu 0 m/s.


Gambar 1. Frequency Count

Frequency Count merupakan tabel data angin di dalam software WRPLOT. Di dalam Frequency Count terdapat 16 arah angin dan 6 kelas kecepatan angin. Nilai maksimal sebesar 3,60-5,70 m/s yaitu 2. Sedangkan nilai minimal sebesar 0,50-2,10 m/s yaitu 12. Total dari data angin yaitu 24 dengan rata-rata




Gambar 2. Frequency Distribution

Frequency Distribution merupakan tabel data angin di dalam software WRPLOT. Di dalam Frequency Distribution terdapat 16 arah angin dan 6 kelas kecepatan angin. Nilai maksimal sebesar 3,60-5,70 m/s yaitu 8,33. Sedangkan nilai minimal sebesar 0,50-2,10 m/s yaitu 50,00. Total dari data angin yaitu 100,00.



Gambar 3. Wind Rose

Berdasarkan gambar wind rose dapat dilihat kecepatan angin dominan sebesar 3,60-5,70 m/s dari arah utara dan barat. Hal ini disebabkan oleh faktor musim angin yaitu musim barat. Pada musim barat pusat tekanan udara tinggi berkembang di atas benua Asia dan pusat tekanan udara rendah terjadi di atas benua Australia sehingga angin berhembus dari barat laut menuju Tenggara. Angin muson barat berhembus pada bulan Oktober – April, matahari berada di belahan bumi selatan, mengakibatkan belahan bumi selatan khususnya Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari daripada benua Asia. Akibatnya di Australia bertemperatur tinggi dan tekanan udara rendah. Sebaliknya di Asia yang mulai ditinggalkan matahari temperaturnya rendah dan tekanan udaranya tinggi ( lampiran 1) pola sebaran angin ditampilkan pada (lampiran 2) pola sebaran angin yang ditampilkan pada google earth.


Gambar 4. Graph

Berdasarkan gambar graph di atas dapat disimpulkan kecepatan angin maksimal yaitu 3,60-5,70 m/s dengan persentasi 8,3 % dan kecepatan minimal sebesar 0,50-2,10 m/s dengan persentasi 50,0 %. Kecepatan rata-rata angin yaitu 25,0 %.

                                                                 DAFTAR PUSTAKA

Tjasjono B., 1999, Klimatologi Umum, Bandung, Penerbit ITB
Wikipedia, 2016,https://id.wikipedia.org/wiki/Klimatologi, Diakses tanggal 23 Desember 2016
Anonim1. 2010. Hujan.www.wikipedia.org/wiki/Hujan.  Diakses hari minggu, 15 Mei 2011 pukul 15.15
Doorenbos. 1977. Peralatan Agroklimatologi dalam Menunjang Dunia Pertanian Secara Umum. Bina Insan Press. Jakarta.
Gunarsih.2001. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. BinaAksara. Jakarta
LIPI. 2008. Agroklimatologi – Alat dan Prinsip Kerja. http://www.lipi.go.id Diakses pada hari Minggu,15 Mei 2011.
Soekardi. 1986. Persaingan dalam bercocok tanam jagung (Zea Mays). Jurnal Budidaya Pertanian. 12 (1) : 13-19.
Soemarto. 1987. Manfaat dan Peranan Agroklimatologi. Bina Aksara. Jakarta.Sosrodarsono.1999.
Ilmu Usaha Tani. LSM Pertanian. Purwokerto.Wilson, E.M. 1993. Hidrologi Teknik. ITB. Bandung.
Hardjodinomo, S.1975. Ilmu Iklim dan Pengairan. Binacipta. Bandung.
Jumin, Hasan Basri. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Karim, K. 1985. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Klimatologi. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Karim, Kamarlis. 1985. Dasar-dasar Klimatologi, UNSYIAH, Banda Aceh.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar KlimatologiI, Raja Grafindo Persada,Null.