ANALISIS
SEBARAN ANGIN TELUK TAMIANG MENGGUNAKAN SOFTWARE WRPLOT VIEW VERSI 8.00 DAN
GOOGLE EARTH
SAMPUL
LAPORAN
PRAKTIKUM LAPANGAN
KLIMATOLOGI LAUT
MUHAMMAD FIRZATULLAH
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN
KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
BANJARBARU
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan
panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
jualah praktikan dapat menyelesaikan laporan Klimatologi Laut ini.
Praktikan
mengucapkan terima kasih kepada para Dosen dan asisten Klimatologi
Laut
yang telah memberi petunjuk, arahan dan bimbingannya dalam pelaksanaan
praktikum. Terima kasih juga praktikan ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian praktikum ini.
Praktikan
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
laporan ini, oleh karena itu praktikan mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan laporan berikutnya.
Praktikan berharap, semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Banjarbaru,
Desember 2016
Muhammad Firzatullah
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi
angin merupakan salah satu sumber energi terbarukan dan masih sedikit
pemanfaatannya di Indonesia. Pemanfaatan energi angin sebagai sumber energi
terbarukan adalah suatu usaha menjawab masalah atas terjadinya perubahan
lingkungan dan alam juga salah satu usaha konservasi dari sumber energi
konvensional.
Angin
mengakibatkan gelombang laut, oleh karena itu data angin dapat digunakan untuk memperkirakan
tinggi dan arah gelombang di lokasi kajian. Data angin diperlukan sebagai data
masukan dalam peramalan gelombang sehingga diperoleh tinggi gelombang rencana.
Data angin yang diperlukan adalah data angin setiap jam berikut informasi
mengenai arahnya. Arah angin dinyatakan dalam bentuk delapan penjuru arah angin
(Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Barat Laut).
Kecepatan angin disajikan dalam bentuk satuan knot, dimana:
1
knot = 1 mil laut/jam
1
mil laut = 6080 kaki (feet) =
1853,18 meter
1
knot = 0.515 meter/detik
Data
angin yang digunakan untuk melakukan peramalan gelombang (hindcasting) di lokasi proyek adalah data angin selama 14 tahun
antara 1991-2004 dari stasiun pengamat cuaca Makassar.
Angin
selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke yang tekanan udara
lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan
bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan
rendah.
WRPLOT
View adalah program yang memiliki kemampuan untuk mempresentasikan data
kecepatan angin dalam bentuk mawar
angin sebagai data meteorologi. WRPLOT
memberikan gambaran kejadian
angin pada kecepatan tertentu dari berbagai arah,
persentase kecepatan angin, kecepatan angin minimum dan maksimum. Mawar angin
menampilkan distribusi kecepatan
angin dalam satuan (knots)
dan (m/s). Distribusi tersebut di tandai dengan pengaturan warna yang berbeda di
setiap kecepatan angin pada lokasi dan jangka waktu tertentu. Akibat cepatnya
gerakan menuruni lereng, angin menjadi pasang sehingga angin fohn memiliki
sifat menurun, kering, dan panas.
1.2. Maksud dan Tujuan
Mengetahui
kecepatan dan arah angin dengan menggunakan alat pengukur kecepatan angin yaitu
wind detector serta melakukan analisis
sebaran angin Teluk Tamiang menggunakan software WRPLOT View versi 8.00 dan
Google Earth.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup adalah Batasan. Ruang
lingkup juga dapat dikemukakan pada bagian variabel-variabel yang diteliti,
populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian.
1.3.1. Ruang Lingkup Lokasi
Patokan
ruang lingkup lokasi pada praktikum ini adalah pamasangan wind detector pada dermaga di Desa Teluk Tamiang Kecamatan Tanjung
Selayar Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan.
1.3.2.
Ruang Lingkup Materi
Ruang
lingkup materi pada praktikum kali ini adalah cara analisis data yang didapat
dilapangan dengan menggunakan software WRPLOT View versi 8.00 dan Google Earth.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Klimatologi
Klimatologi (berasal dari bahasa
Yunani Kuno κλίμα, klima, "tempat, wilayah, zona"; dan -λογία, -logia
"ilmu") adalah studi mengenai iklim, secara ilmiah didefinisikan
sebagai kondisi cuaca yang dirata-ratakan selama periode waktu yang panjang.[1]
Bidang studi ini dikategorikan sebagai cabang dari sains atmosfer dan subbidang
geografi fisik, yang merupakan salah satu dari sains bumi. Klimatologi juga
mencakup aspek oseanografi dan biogeokimia. Pengetahuan dasar dari iklim bisa
digunakan dalam peramalan cuaca menggunakan metode analogi dalam kasus ENSO,
Osilasi Madden-Julian, Osilasi Atlantik Utara, dan sebagainya. Model iklim juga
digunakan untuk mempelajari dinamika cuaca dan sistem iklim untuk
memproyeksikan iklim pada masa depan.
Klimatologi seperti halnya
meteorologi, yaitu ilmu tentang atmosfer. Perbedaanya terletak pada fokus
kajiannya. Meteorologi lebih menitikberatkan pada proses atmosfer, sedangkan
klimatologi lebih memusatkan pada hasil proses atmosfer (Tjasjono, 1999).
Pengertian
meteorologi dan klimatologi secara gamblang dijelaskan oleh Tjasjono (1999)
sebagai berikut: meteorologi merupakan ilmu yang mempelajari proses fisis dan
gejala cuaca yang terjadi di dalam atmosfer terutama pada lapisan bawah, yaitu
troposfer. Adapun klimatologi merupakan
ilmu yang mempelajari jenis iklim di muka bumi dan faktor penyebabnya.
2.2. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim
Adapun unsur-unsur
cuaca dan iklim adalah sebagai berikut.
1. Radiasi Surya
Radiasi matahari yang
diterima permukaan bumi persatuan luas dan satuan waktu disebut isolasi atau
kadang-kadang disebut radiasi global, yaitu radiasi langsung dari matahari dan
radiasi yang tidak langsung yang disebabkan oleh hamburan dari partikel
atmosfer (Bayong Tjasyono, 2004).
Radiasi surya merupakan
unsur iklim/cuaca utama yang akan mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca
lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi surya antar tempat di permukaan bumi akan
menciptakan pola angin yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kondisi curah
hujan, suhu udara, kelembaban nisbi udara, dan lain-lain. Pengendali iklim
suatu wilayah akan sangat berbeda dari pengendali iklim di bumi secara
menyeluruh.Pengendali iklim bumi yang dikenal sebagai komponen iklim terdiri
dari lingkungan atmosfer, hidrosfer, litester, kriosfer, dan biosfer. Dalam hal
ini akan terjadi hubungan interaksi dua arah di antara ke lima jenis lingkungan
tersebut dengan unsur iklim/cuaca. Kondisi iklim/cuaca akan mempengaruhi
proses-proses fisika, kimia, biologi, ekofisiologi, dan kesesuaian ekologi dari
komponen lingkungan yang ada (LIPI,2008)
2. Tekanan Udara
Atmosfer adalah lapisan
yang melindungi bumi. Lapisan ini meluas hingga 1000 km ke atas bumi dan
memiliki massa 4.5 x 1018 kg. Massa atmosfir yang menekan permukaan inilah yang
disebut dengan tekanan atmosferik. Tekanan atmosferik di permukaan laut adalah
76 cmHg (Anonim1, 2010).
3. Suhu
Suhu udara adalah ukuran
energi kinetik rata – rata dari pergerakan molekul-molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang
menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke
benda- benda lain atau menerima panas dari benda-benda lain tersebut. Dalam sistem
dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih
tinggi.Alat pengukur suhu disebut termometer.Termometer dibuat dengan
mendasarkan sifat-sifat fisik dari suatu zat (bahan), misalnya pengembangan
benda padat, benda cair, gas dan juga sifat merubahnya tahanan listrik terhadap
suhu. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu – suhu yang tinggi disebut
Pyrometer, misalnya Pyrometer radiasi, digunakan untuk mengukur suhu benda yang
panas dan tidak perlu menempelkan alat tersebut pada benda yang diukur suhunya.
Suhu tidak berdimensi sehingga untuk mengukur derajat suhu, pertama-tama
ditentukan 2 titik tertentu yang disesuaikan dengan suatu sifat fisik suatu
benda tertentu.Kemudian diantara dua buah titik yang telah di tentukan tersebut
di bagi – bagi dalam skala – skala, yang menunjukan derajat – derajat suhu.
Skala-skala tersebut merupakan pembagian suhu dan bukan satuan daripada suhu.
Dengan demikian suhu 30°C tidak berarti 3 x 10°C, dan 10°C berarti skala
derajat C ke sepuluh (Stasiun Metereologi, 2005).
4. Kelembaban Udara
Kelembaban udara yaitu
banyaknya kadar uap air yang ada di udara, dalam kelembaban kita mengenal
beberapa istilah yaitu:
·
Kelembaban mutlak : massa uap air yang
berada dalam satu satuan udara yang dinyatakan dalam gram/m3.
·
Kelembaban spesifik : perbandingan jumlah
uap air di udara denagn satuan massa udara yang dinyatakan dalam gram /kg
·
Kelembaban relatif : merupakan
perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air yang
dikandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakan dalam % (Gunarsih,
2001).
5. Curah Hujan
Hujan merupakan susunan
kimia yang cukup kompleks serta bervariasi dari tempat yang satu ke tempat yang
lain, dari musim ke musim pada tempat yang sama dan dari waktu hujan berbeda.
Air hujan terdiri atas: ion-ion natrium, kalium, kalsium, khlor, karbonat dan
sulfat yang merupakan jumlah yang besar bersama-sama (Soekardi, 1986).
6. Angin
Angin merupakan udara
yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya
perbedaan tekanan udara (tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Angin
merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari
suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi (Soemarto, 1987).
7. Evaporasi
Evaporasi adalah
peristiwa berubahnya air menjadi uap. Uap ini kemudian bergerak dari permukaan
tanah atau permukaan air ke udara (Sosrodarsono, 1999). Sedangkan Menurut Lee
(1988), evaporasi merupakan proses perubahan cairan menjadi uap, ini terjadi
jika cairan berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal,
pada daun tanaman (transpirasi) maupun secara eksternal, pada permukaan yang
basah. Evaporasi adalah perubahan air menjadi uap air. Yang merupakan suatu
proses yang berlangsung hampir tanpa gangguan selama berjam-jam pada siang hari
dan sering juga selama malam hari. Air akan menguap dari permukaan baik tanah
gundul maupun tanah yang ditumbuhi tanaman, dan juga dari pepohonan permukaan
kedap air atap dan jalan raya air, air terbuka dan sungai yang mengalir
(Wilson, 1993).
8. Awan
Udara selalu mengandung
uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah
awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara: 1. Apabila udara panas, lebih
banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat. Udara
panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan
dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan,
molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya. 2. Suhu udara tidak
berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi uap air.
Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin
besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik
bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu
akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan ini (Doorenbos dkk, 1977)
2.3. Kelembapan Udara dan Curah Hujan
Kelembaban udara
adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer adalah campuran
dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara merupakan tingkat kebasahan
udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Uap air
adalah suatu gas, yang tidak dapat di lihat, yang merupakan salah satu bagian
dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang
melayang-layang di udara. Kabut melayang laying dekat permukaan tanah, kalau
awan melayang- layang di angkasa. Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa
tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang
dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975).
Hujan adalah
kebasahan yang jatuh ke bumi dalam bentuk cair. Butir-butir hujan mempunyai
garis tengah 0,08 – 6 mm. Hujan terdapat dalam beberapa macam yaitu hujan
halus, hujan rintik-rintik dan hujan lebat. Perbedaan terutama pada besarnya
butir-butir. Hujan lebat biasanya turun sebentar saja jatuh dari awan
cumulonimbus. Hujan semacam ini dapat amat kuat dengan intensitas yang besar
(Karim,1985).
Curah
hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual.
Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada daerah yang masih alamiah,
sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas. Salah satu
tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe observatorium
(obs) atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari pengukuran alat ini
dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe
observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan
dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter dari permukaan tanah (jumin,
2002)
2.4.
Angin
Massa udara yang
bergerak disebut angin. Angin dapat bergerak secara horizontal maupun secara
vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi secara dinamis.
Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara
satu tempat dengan tempat yang lain. Angin selalu bertiup dari tempat dengan
tekanan udara tinggi ke yang tekanan udara lebih rendah. Jika tidak ada gaya
lain yang mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari udara
bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah. Akan tetapi, perputaran bumi pada
sumbunya, akan menimbulkan gaya yang akan mempengaruhi arah pergerakan angin.
Pengaruh perputaran bumi terhadap arah angin disebut pengaruh Coriolis (Lakitan,2002).Variasi arah dan kecepatan
angin dapat terjadi jika angin bergeser dengan permukaan yang licin (smooth),
variasi yang diakibatkan oleh kekasaran permukan disebut turbulensi mekanis.
Turbulensi daat pula terjadi pada saat udara panas pada permukaan bergerak ke
atas secara vertikal, kaena adanya resistensi dari lapisan udara di atasnya.
Turbulensi yang disebabkan perbedaan suhu lapisan atmosfer ini disebut
turbulensi termal atau kadang disebut turbulensi konfektif. Fluktuasi kecepatan
angin akibat turbulensi mekanis umumnya lebih kecil tetapi frekuensinya lebih
tinggi (lebih cepat) dibandingkan dengan fluktuasi akibat turbulensi
termal (Karim,1985).
BAB
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Waktu dan Lokasi
Praktik lapang
Klimatologi Laut ini dilaksanakan selama 3
hari pada tanggal
27 November - 1 Desember 2016 di Desa Teluk Tamiang Kecamatan Tanjung Selayar Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Wind Detector
2. Laptop
3.
Software WRPLOT View Versi 8.00
4. Google Earth
3.2.2. Bahan
Bahan yang diperlukan dalam
praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.
Data angin hasil pengamatan di lapangan
3.3.
Metode Pengambilan Data
3.3.1. Bagan Alir Pengolahan Data
3.3.2. Metode Penentuan Plot
Penentuan plot
dipengaruhi oleh keadaan linkungan karena data yang akan di analisis adalah
data rekaman angin, maka titik penentuan plot yang dipilih tempat yang dapat
mewakili semua arah angin, tidak ada penghalang angin untuk mengenai wind detector seperti pohon, bangunan
dan lain sebagainya.
3.3.3. Pengukuran dan Pengambilan
Data Angin
Pengukuran
pada praktikum kali ini melalui sebuah alat yaitu wind detector dan hand
anemometer. Pencatatan data angin dilakukan setiap 60 menit. selama 3 hari.
3.4.
Metode Analisis
Metode yang
digunakan selama praktikum lapang adalah metode pengamatan langsung (observasi). Untuk melihat dan mendeskripsikan
sebaran angin data dianalisis menggunakan software WRPLOT View Versi 8.00.
Rumus menghitung kecepatan angin dan arah
angin :
BAB 4. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Desa Teluk Tamiang
4.1.1.
Kondisi Geografi
Desa Teluk Tamiang merupakan desa di
Kecamatan Tanjung Selayar Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan.
Berjarak 90 Km dari kabupaten kotabaru. Desa ini berada di selatan Pulau Laut
Kotabaru berbatasan langsung dengan laut jawa di selatannya dan selat Makassar
di timurnya. Desa ini mempunyai garis pantai sepanjang 14 km.
4.1.2. Kondisi Cuaca/Curah Hujan
Cuaca pada saat praktikum lapang kurang baik, pada pagi
hari lautnya teduh dan siang sampai malam cuaca berangin disertai dengan hujan.
Cuaca yang terbilang paling buruk adalah pada saat hari terakhir karena angin
barat mulai bertiup kearah pantai sehingga kenaikan tinggi gelombang yang
signifikan.
4.1.3.
Kondisi Iklim
Desa Teluk Tamiang beriklim tropis
yaitu dalam setahun terdapat dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Pada saat praktikum lapang kondisi iklim berada pada musim hujan dan memasuki
musim angin barat. Musim angin barat yaitu musim angina yang bertiup dari barat
ke timur dan itu yang menyebabkan kenaikan tinggi gelombang.
4.2 Hasil Pengukuran Angin di Lapangan
No
|
Tahun
|
Bulan
|
Tanggal
|
Jam
|
Arah
(o)
|
Kecepatan
(m/s)
|
1
|
2016
|
11
|
28
|
15:00
|
240
|
5
|
2
|
2016
|
11
|
28
|
16:00
|
40
|
3
|
3
|
2016
|
11
|
28
|
17:00
|
90
|
1
|
4
|
2016
|
11
|
28
|
18:00
|
80
|
0
|
5
|
2016
|
11
|
28
|
19:00
|
150
|
1
|
6
|
2016
|
11
|
28
|
20:00
|
70
|
0
|
7
|
2016
|
11
|
28
|
21:00
|
30
|
0
|
8
|
2016
|
11
|
28
|
22:00
|
50
|
1
|
9
|
2016
|
11
|
28
|
23:00
|
60
|
2
|
10
|
2016
|
11
|
28
|
0:00
|
70
|
0
|
11
|
2016
|
11
|
29
|
1:00
|
340
|
6
|
12
|
2016
|
11
|
29
|
6:00
|
110
|
1
|
13
|
2016
|
11
|
29
|
7:00
|
110
|
3
|
14
|
2016
|
11
|
29
|
8:00
|
20
|
2
|
15
|
2016
|
11
|
29
|
9:00
|
10
|
8
|
16
|
2016
|
11
|
29
|
10:00
|
350
|
3
|
17
|
2016
|
11
|
29
|
11:00
|
10
|
0
|
18
|
2016
|
11
|
29
|
12:00
|
0
|
2
|
19
|
2016
|
11
|
29
|
13:00
|
310
|
3
|
20
|
2016
|
11
|
29
|
16:00
|
290
|
4
|
21
|
2016
|
11
|
29
|
17:00
|
270
|
7
|
22
|
2016
|
11
|
29
|
18:00
|
270
|
5
|
23
|
2016
|
11
|
29
|
19:00
|
290
|
5
|
24
|
2016
|
11
|
29
|
20:00
|
270
|
3
|
(Sumber : Data Primer 2016)
Berdasakan tabel 1 kecepatan angin tertinggi diperoleh pada tanggal 29 November 2016 pukul 1
dini hari dengan arah 340o yaitu 6 m/s. Kemudian kecepatan terendah
diukur pada tanggal 28 November 2016 pukul 18:00,20:00 dan 21:00 dengan arah 80o,70o
dan 30o yaitu 0 m/s. Serta pada tanggal 29 November 2016 pukul 0:00
dan 11:00 dengan arah angin 70o dan 10o yaitu 0 m/s.
Gambar 1. Frequency Count
Frequency Count merupakan tabel data angin di dalam software WRPLOT. Di
dalam Frequency Count terdapat 16
arah angin dan 6 kelas kecepatan angin. Nilai maksimal sebesar 3,60-5,70 m/s
yaitu 2. Sedangkan nilai minimal sebesar 0,50-2,10 m/s yaitu 12. Total dari
data angin yaitu 24 dengan rata-rata
Gambar
2. Frequency Distribution
Frequency Distribution merupakan tabel data angin di dalam software WRPLOT. Di
dalam Frequency Distribution terdapat
16
arah angin dan 6 kelas kecepatan angin. Nilai maksimal sebesar 3,60-5,70 m/s
yaitu 8,33. Sedangkan nilai minimal sebesar 0,50-2,10 m/s yaitu 50,00. Total
dari data angin yaitu 100,00.
Berdasarkan
gambar wind rose dapat dilihat kecepatan
angin dominan sebesar 3,60-5,70 m/s dari arah utara dan barat. Hal ini
disebabkan oleh faktor musim angin yaitu musim barat. Pada musim barat pusat
tekanan udara tinggi berkembang di atas benua Asia dan pusat tekanan udara rendah terjadi di
atas benua Australia sehingga angin berhembus dari barat
laut menuju Tenggara. Angin muson barat berhembus pada bulan Oktober – April,
matahari berada di belahan bumi selatan, mengakibatkan belahan bumi selatan
khususnya Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari daripada benua
Asia. Akibatnya di Australia bertemperatur tinggi dan tekanan udara rendah.
Sebaliknya di Asia yang mulai ditinggalkan matahari temperaturnya rendah dan
tekanan udaranya tinggi ( lampiran 1) pola sebaran angin ditampilkan pada (lampiran 2) pola sebaran angin yang ditampilkan pada google earth.
Gambar
4. Graph
Berdasarkan gambar graph di atas dapat disimpulkan kecepatan angin maksimal yaitu
3,60-5,70 m/s dengan persentasi 8,3 % dan kecepatan minimal sebesar 0,50-2,10
m/s dengan persentasi 50,0 %. Kecepatan rata-rata angin yaitu 25,0 %.
Tjasjono
B., 1999, Klimatologi Umum, Bandung, Penerbit ITB
Wikipedia, 2016,https://id.wikipedia.org/wiki/Klimatologi,
Diakses tanggal 23 Desember 2016
Anonim1. 2010. Hujan.www.wikipedia.org/wiki/Hujan. Diakses hari minggu, 15 Mei 2011 pukul 15.15
Doorenbos. 1977. Peralatan Agroklimatologi dalam Menunjang
Dunia Pertanian Secara Umum. Bina Insan Press. Jakarta.
Gunarsih.2001. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. BinaAksara. Jakarta
LIPI. 2008. Agroklimatologi – Alat dan Prinsip Kerja.
http://www.lipi.go.id Diakses pada hari Minggu,15 Mei 2011.
Soekardi. 1986. Persaingan dalam bercocok tanam jagung (Zea
Mays). Jurnal Budidaya Pertanian. 12 (1) : 13-19.
Soemarto. 1987. Manfaat dan Peranan Agroklimatologi. Bina
Aksara. Jakarta.Sosrodarsono.1999.
Ilmu Usaha Tani. LSM Pertanian. Purwokerto.Wilson, E.M.
1993. Hidrologi Teknik. ITB. Bandung.
Hardjodinomo, S.1975. Ilmu Iklim dan Pengairan. Binacipta.
Bandung.
Jumin, Hasan Basri. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan
Fisiologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Karim, K. 1985. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Klimatologi.
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Karim,
Kamarlis. 1985. Dasar-dasar Klimatologi, UNSYIAH, Banda Aceh.
Lakitan,
Benyamin. 2002. Dasar-dasar KlimatologiI, Raja Grafindo Persada,Null.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar