Tugas Sedimentologi
PEMANFAATAN REEF BALL DALAM PENANGANAN ABRASI PANTAI
Penulis:
Muhammad Firzatullah
Bondan Wahyu Kuncoro
Ersa Siswoyo
Melkyanus
Muhammad Fajar Wardhana
Pembimbing:
Ira Puspita Dewi, S.Kel, M.Si
KEMENTRIAN
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PROGRAM
STUDI ILMU KELAUTAN
BANJARBARU
2017
Pemanfaatan Reef Ball Dalam Penanganan Abrasi Pantai
Muhammad Firzatullah1),
Ersa Siswoyo1), Bondan Wahyu Kuncoro1), Melkyanus1),
Muhammad Fajar Wardhana1), Ira Puspita Dewi2)
1) mahasiswa
2) pembimbing
Program Studi Ilmu Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
Abstrak
Pantai Sebuai yang
terletak di wilayah Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki
struktur bangunan pantai berupa breakwater
yang merupakan bangunan pantai dengan tipe lepas pantai yang dibangun sejajar
pantai dengan jarak tertentu dari garis pantai untuk melindungi pantai yang
diakibatkan serangan gelombang sehingga menimbulkan erosi. Pantai Sebuai
memiliki karakteristik dasar penyusun pantai dominan berpasir dan secara
geografis membujur dari arah barat laut-tenggara (dengan pantai menghadap barat
daya) berhadapan langsung dengan Laut Jawa menyebabkan wilayah pesisir Desa
Sebuai sangat rentan terhadap kestabilan pantainya (perubahan garis pantai). Perencanaan
tingkat lanjut sangat diperlukan dalam masalah ini sehingga diharapkan penggunaan
reef ball dapat memberikan inovasi untuk menindak
lanjuti dampak abrasi di pantai Sebuai dan perencanaan pemecah gelombang reef ball untuk mengurangi dampak abrasi
di pantai Sebuai. Metode penggunaan reef
ball sebagai pengaman pantai adalah dengan melakukan survei lapangan
topografi menggunakan GPS (Global
Positioning System), GPS Mapsounder
tipe 585, Palm staff/ tiang skala, kamera digital, senter dan batu duga
digunakan sebagai memfasilitasi pengambilan data, menentukan posisi, menentukan
kedalaman, mengukur pasang surut, mendokumentasikan kegiatan, mengamati pasang surut waktu malam hari dan mengecek kedalaman
perairan serta
menggunakan data sekunder yaitu data statistik, pasang surut, tinggi gelombang,
peta bathimetri, arah arus dan arah angin. Penempatan posisi reef ball yaitu tegak lurus arah
gelombang yang datang. Reef ball paling efektif dan aman, serta
berkelanjutan untuk habitat baik ekosistem mangrove dan terumbu karang.
Kata Kunci: Gelombang, Garis pantai, Pemanfaatan Reef Ball
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Garis pantai dapat berubah karena adanya abrasi, yaitu
pengikisan pantai oleh hantaman gelombang laut, kenaikan permukaan laut dan
pergerakan arus yang menyebabkan berkurangnya areal daratan. Besarnya gelombang
yang dapat merusak daerah pantai adalah bersumber dari gelombang yang datangnya
dari perairan laut dalam dan tergantung pada besar/tingginya gelombang.
Gelombang yang tiba di pantai tergantung pada arah/besarnya tiupan angin dan
bentuk topografi perairan pantai. Rambatan gelombang yang menuju pantai dari
laut dalam akan mengalami perubahan bentuk struktur gelombang, akibatnya akan
terbentuk tinggi gelombang yang besar dan akhirnya menjadi pecah. Tinggi
gelombang saat akan pecah tersebut bila terlalu dekat dengan pantai maka pantai
yang tidak mempunyai perlindungan alami/buatan akan dengan mudah rusak. Pasang
surut air laut memiliki pengaruh besar terhadap perubahan garis pantai yang memiliki
ikatan dengan datangnya gelombang yang membuat transport sedimen suatu
perairan.
Pantai Sebuai yang
terletak di wilayah Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat terdapat
struktur bangunan pantai berupa breakwater.
Breakwater di pantai Sebuai merupakan
bangunan pantai dengan tipe lepas pantai yang dibangun sejajar pantai dan pada
jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan ini dibuat untuk melindungi pantai yang
terletak dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi
pada pantai. Selain pengaruh energi gelombang yang besar, frekuensi atau jumlah
kejadian gelombang merupakan faktor lain yang dapat mengubah proses kestabilan
pantai.
Pantai Sebuai memiliki
karakteristik dasar penyusun pantai dominan berpasir. Selain itu secara geografis
membujur dari arah barat laut-tenggara (dengan pantai menghadap barat daya)
yang berhadapan langsung dengan Laut Jawa. Menurut Dwikarsa (2016), angin yang
datang dominan dari arah Selatan, Barat dan Barat Daya menyebabkan terjadinya
transformasi gelombang yang menyebabkan wilayah pesisir Desa Sebuai sangat rentan
terhadap kestabilan pantainya (perubahan garis pantai).
Reef
Ball adalah suatu bentuk artifisial terumbu karang buatan yang paling baik
saat ini yang telah digunakan dibeberapa negara untuk meningkatkan rehabilitasi
terumbu karang dan mencegah terjadinya abrasi pantai. Selain itu reef ball
paling efektif, mudah dan aman serta berkelanjutan untuk habitat baik ekosistem
mangrove dan terumbu karang. Di Florida, 180
unit reef ball yang ditempatkan pada kedalaman
2 - 3 m mampu bertahan dari hantaman badai sementara lingkungan sekitarnya
rusak tapi reef ball tetap pada
posisinya (Reef Ball Development in
Warzecha 1997).
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
yang membentang dari (95°- 42°) Bujur Timur, dan 6° Lintang Utara sampai 10°
Lintang Selatan. Mempunyai sekitar
17.000 pulau besar dan kecil dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 80,791
km (Suharsono, 1998).
Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (PU), dari keseluruhan garis pantai tersebut, sebanyak 20 persen mengalami
kerusakan akibat berbagai masalah, diantaranya perubahan lingkungan dan erosi
pantai.
Rumusan Masalah
Frekuensi dan transformasi gelombang dapat mempengaruhi
kondisi pantai yang
memiliki bangunan pantai (breakwater). Proses transformasi
gelombang laut dalam ke perairan dangkal yang mengalami perubahan dari sifat
dan perilaku gelombang pada pantai
normal akan berbeda jika terdapat breakwater di daerah pantainya. Kondisi tersebut secara langsung juga dapat
merubah arah dan pergerakan sedimen akibat adanya penghalang terhadap proses angkutan sedimen
di pantai.
Berdasarkan hal-hal diatas maka,
disusun beberapa rumusan masalah dalam
artikel ini adalah:
1.
Bagaimana menentukan
posisi penempatan reef ball sebagai
peredam energi gelombang?
2.
Bagaimana kelebihan reef ball dibandingkan bangunan pantai yang lain?
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari penulisan artikel ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
penentuan posisi penempatan reef ball yang
tepat.
2. Mengetahui
kelebihan reef ball dibandingkan
bangunan pantai yang lain.
Artikel
ini berguna sebagai informasi berupa inovasi penempatan reef ball untuk meredam gelombang di dasar perairan, sebagai
langkah penanganan abrasi pantai.
KAJIAN LITERATUR
Kajian Teori
Menurut Triatmodjo (2008) definisi pesisir adalah
daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang
surut, angin laut, dan perembesan air laut. Sedang pantai adalah daerah di tepi
perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Daerah
daratan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan
dimulai dari batas garis pantai. Daerah lautan adalah daerah diatas dan dibawah
permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar
laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara
daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai
pasang surut air laut dan erosi yang terjadi. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu
sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi pantai.
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air
dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik
sinusoidal. Menurut Triatmodjo (2008), salah satu faktor pembangkit gelombang
dilaut adalah Gelombang laut yang disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan
mentransfer energinya keperairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan
berubah menjadi gelombang. Gelombang yang paling umum dikaji dalam bidang
teknik pantai adalah gelombang yang dibangkitkan oleh angin dan pasang surut
(Triatmodjo, 2008).
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena
adanya gaya tarik benda- benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap
masa sir laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil di bandingkan
massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka
pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari pada pengaruh gaya
tarik matahari. Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali
lebih besar dari pada gaya tarik matahari.
Pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk
melindungi daerah perairan dari gangguan gelombang. Pemecah gelombang dibedakan
menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe
pertama digunakan untuk perlindungan perairan pelabuhan sedang tipe kedua untuk
perlindungan pantai terhadap erosi/abrasi. (Triatmodjo, 1999). Pemecah
gelombang lepas pantai bisa dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri
bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh
celah. Di Indonesia, penggunaan pemecah gelombang sebagai pelindung pantai
jarang digunakan.
Reef ball dirancang untuk berada pada satu posisi pada dasar
perairan. Bentuk kubah dari reef ball
yang menjadi kunci kestabilannya. Ukuran berat dari reef ball dapat disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan dimana
ditempatkan. Konstruksi ini telah terbukti cukup stabil pada cuaca yang buruk.
Di Florida dilaporkan bahwa 180 unit reef
ball yang ditempatkan pada kedalaman 2 - 3 m mampu bertahan dari hantaman
badai sementara lingkungan sekitarnya rusak tapi reef ball tetap pada posisinya (Reef
Ball Development in Warzecha 1997).
CERC
(1984), disebutkan bahwa faktor penyebab berkurangnya energi gelombang transmisi
dipengaruhi oleh karakteristik gelombang (seperti periode gelombang, tinggi gelombang,
dan kedalaman gelombang), bentuk geometri struktur (lebar puncak dan freebord)
dan kondisi /jenis bangunan penahan gelombang (permukaan struktur, dan jumlah
massa air yang melewati). Selain itu bentuk silinder yang mempunyai
rongga-rongga dan lubang pada selimut silinder menyebabkan material bersifat porous.
Sifat material yang porous akan meredam energi gelombang dengan lebih baik, sehingga
dalam penelitian ini bentuk model yang digunakan adalah bentuk silinder
berongga dengan pertimbangan keunggulan yang dimiliki silinder berkenaan dengan
kemampuan yang dimiliki dalam meredam energi gelombang.
Menurut Harris (2001), meneliti manfaat reef ball terbenam berfungsi untuk melindungi pantai yang tererosi,
menciptakan stabilitas pantai garis pantai, sebagai perlindungan karang alami,
perlindungan terhadap kawasan wisata, dan sebagai pebagai penghalang jaring
ikan dari kapal-kapal yang dapat merusak karang
METODE
Dwikarsa
(2016) melakukan penelitian dimulai dengan pengukuran tinggi muka air selama 15
hari guna mengetahui tipe pasang surut di wilayah pantai Sebuai, lalu
pengukuran kedalaman dilakukan dengan menggunakan GPSMapsounder 858. Pengumpulan data arah dan kecepatan angin dari
tahun 2009 – 2015 yang didapat dari Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun
untuk prediksi gelombang (H0, T0 dan L0) untuk input data guna mengetahui transformasi gelombang dari laut lepas
menuju pantai mengguakan RCPWave.
Serta menganalisis perubahan garis pantai menggunakan citra Quickbird.
Adapun hasil yang
diperoleh dari pengukuran yang dilakukan bahwa kondisi hidrooseanografi di
wilayah pantai Sebuai merupakan tipe pasang surut campuran condong harian
tunggal (mixed tide prevailing diurnal
tides) dengan MSL sebesar 98,97 cm. Pantai Sebuai merupakan pantai dengan
kategori landai/ hampir rata (0,003096) dengan maksimal kedalaman 3,6 m pada
jarak 2 km tegak lurus pantai. Angin dominan dari arah Selatan, Barat dan Barat
Daya.
Perubahan garis pantai berdasarkan analisis citra
tahun 2009 dan 2015 mengalami abrasi dengan total luas 37.233,96 m2 dan sedimentasi
dengan luas 15.660,36 m2. Abrasi terutama terjadi pada bagian pantai
sebelah barat laut di bagian belakang breakwater,
sedangkan sedimentasi terutama terjadi di bagian tenggara akibat groin yang menahan laju sedimen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Dwikarsa
(2016), menunjukan bahwa angin yang terjadi di wilayah pantai sebuai adalah sebagai
berikut:
Gambar 1. Mawar Angin
maksimum selama tahun 2009 – 2015 di daerah Kotawaringin Barat
dan sekitarnya
Berdasarkan data angin (Gambar 1) tersebut maka
terjadi pola transformasi gelombang di pantai Sebuai dominan berasal dari
Selatan, Barat dan Barat Daya. Hal ini mengakibatkan perubahan garis pantai
yang dipengaruhi oleh gelombang yang berasal dari arah tersebut, sehingga
ditentukan posisi penempatan reef ball mengacu
pada:
1. Arah datang gelombang
Gelombang yang dominan datang dari arah Selatan, Barat
dan Barat Daya dimana penempatan posisi reef
ball yaitu tegak lurus arah gelombang yang datang seperti terlihat pada
Gambar 2.
2. Bentuk garis pantai
Pantai Sebuai memiliki garis pantai yang lurus atau
tidak melengkung dan menghadap langsung Laut Jawa sehingga daerah pantai
tersebut lebih terbuka terhadap hempasan gelombang yang datang.
Gambar 2. Bentuk bangunan reef ball yang efektif
terhadap pengamanan pantai (sumber : reefball@reefball.com).
3. Bangunan pantai
Breakwater dan Groin yang sudah ada dapat mempengaruhi
penempatan posisi reef ball tersebut.
Bangunan pantai yang sudah dibangun terbukti kurang efektif menurut hasil
penelitian Dwikarsa (2016) karena celah antar breakwater terlalu lebar seperti pada Gambar 3
Gambar 3. Kenampakan jarak antara pemecah gelombang lepas pantai dari
citra Quickbird
Sumber: citra Quickbird
KESIMPULAN
Berdasarkan
kajian literatur, dapat disimpukan bahwa:
1.
Penempatan posisi reef
ball yaitu tegak lurus arah gelombang yang datang
2.
Kelebihan dari reef
ball adalah sebagai peredam energi gelombang tanpa mengurangi nilai estetika
pantai serta dapat digunakan sebagai media transplantasi karang dan penanaman
mangrove yang dapat menjadi ekosistem bagi biota laut.
DAFTAR PUSTAKA
CERC. 1984.
Shore Protection Manual, Department of The Army Waterway Experiment Station,
Corp of Engineering Research Centre, Fourth Edition, US Government Printing
Office. Washington.
Dwikarsa, Y. 2016. Pola Transformasi Gelombang Dan
Hubungannya Terhadap Perubahan Garis Pantai Desa Sebuai Kabupaten Kotawaringin
Barat Provinsi Kalimantan Tengah. Skripsi. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Harris, L.E. dan Marsha, P.W. (2001) Artificial Reefs
for Submerged and Subaerial Habitat Protection and Mitigation Restoration,
Department of Marine & Environmental System, Florida Institute of
Technology, Melbourne
Suharsono,
1998. Condition of Coral Reef Resources in Indonesia. Jurnal Pesisir dan
Lautan. PKSPL- IPB. Vol. 1. No.2. Hal. 44-52.
Triatmodjo B., 2008. Teknik Pantai. Beta Offset.
Yogyakarta.
, 2009. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta.
Warzecha C. 1997. A new
technology for artificial reef construction in coastal ecosystem. Restoration and Reclamation Review. Spring
Student Journal Minnesota 2 (3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar